Aku bingung harus mulai menulis ini darimana. Otakku penuh dan ingin kutumpahkan lewat tulisan di blog ini.
Aku tahu hidup ini adalah proses belajar seseorang agar menjadi pribadi usng lebih baik dan semakin baik. Di tahun ini Allah menguatkankan mentalku melalui ujian yang benar-benar berat menurutku. Sangat berat. Aku yang keras kepala harus dipaksa sabar. Aku yang lemah dipaksa kuat. Semua karena keadaan dan kenyataan.
Entah darimana awalnya, bagaimana itu bisa terjadi dan tepatnya sejak kapan aku tidak tau pasti. Saat itu hari Kamis, 23 September 2022 aku menunggu suamiku pulang. Aku sudah rapi dan berdandan cantik untuk menunggu suamiku pulang, tapi sampai larut malam dia tak kunjung pulang. Sampai pukul 02.30 hari Jum'at aku mendapatinya tidur di ruang tamu, tidak di kamar. Ku lihat dua hp miliknya tergeletak. Selama ini aku dilarang keras untuk melihat hpnya, dia beri password agar aku tidak bisa membuka dan melihatnya. Tiba-tiba aku ingin melihat hp itu. Ku dekatkan hp itu ke jari jempolnya agar hp itu terbuka. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya hp itu bisa terbuka. Ku lihat aplikasi wa nya, aman. Aku berlanjuy melihat galerinya. Betapa terkejutnya aku saat menemukan foto dirinya berselfi dengan wanita lain dan foto mereka saat video call. Allah... Seketika rasanya jantungku berhenti berdetak. Pikiranku entah kemana. Rasanya otak dan hatiku penuh.
Ku bangunkan dia yang masih nyenyak. Aku ingin mencari tahu jawaban dari mulut suamiku, siapa wanita di foto itu.
Apa jawabannya? "Opo se dek, iku ngunu bojone wong" itu saja yang dia katakan, selanjutnya dia tidur lagi. Allah.... Rasanya aku ingin marah, aku ingin memberontak.
Tiba-tiba air mata mengalir deras. Aku menangis dan terus menangis sampai pagi. Sedangkan dia bertingkah seperti tidak ada apa-apa. Ku lakukan pekerjaan rumah sepweti biasanya dengan air mata yang tetap mengalir deras. Firasatku tidak enak. Tapi aku harus mengatur emosiku karena pagi ini sekolah tidak libur. Aku tidak boleh sedih, harus ceria, layaknya semua baik-baik saja.
Di sepanjang perjalanan ke sekolah, pikiranku kacau, hatiku sakit. Apakah benar suamiku selingkuh? Setega itukah dia padaku? Dia yang dulu berjuang untuk mendapatkanku, dia yang selalu meratukan aku, dia yang kuanggap laki-laki terbaik, apakah benar dia mengkhianatiku?
Itu sebagian dari isi otakku.
Di tempat kerja aku mencoba mengalihkan isi otak pada hal lain. Tapi sulit. Rekanku bisa menebak gelagatku yang tidak biasa. Tapi dia tahan untuk tidak bertanya padaku.
Sampai akhirnya jam pulang kerja, hari itu aku tidak fokus sama sekali dengan pekerjaan.
Sore hari, aku pergi ke bioskop sendiri. Aku ingin menumpahkan isi hatiku tanpa seorangpun tahu. Aku menangis sejadinya di dalam ruangan itu. Kebetulan film yang tayang adalah film sedih, jadi banyak adegan yang bikin penonton nangis.
Beberapa kali suamiku menelepon, tp ku biarkan. Saat anakku menelepon, aku ingin mengangkat, tapi rasanya belum sanggup untuk berbicara dengan anak kecil itu dalam keadaan aku menangis sesenggukan. Ku matikan hpku.
Setelah film selesai, ku nyalakan kembali hpku. Suamiku menelepon, aku angkat. Dia memintaku agar segera pulang. Aku menjawab bahwa aku tidak akan pulang sebelum dia mempertemukan aku dengan wanita itu. Dia bilang tidak bisa, karena rumahnya ada di surabaya (itu hanya alasannya, kenyataan dia orang lamongan kembang bahu). "Ya sudah, kalau begitu tolong sambungkan telepon dengannya. Kita videocall bertiga" kataku. Awalnya dia banyak alasan agar itu tidak terjadi. Tapi aku tetap mengancam kalau kita bertiga tidak bisa video call berarti aku tidak pulang.
Suami mengabulkan keinginanku. Kita bertiga videocall bersama. Dalam videocall itu mereka mengaku hanya berteman (mereka sekongkol membohongiku, padahal aslinya mereka menjalin asmara sudah berbulan-bulan).
Aku yang memang sangat percaya pada suamiku akhirnya pulang dan menganggap masalah iti selesai. Ku peluk anakku yang sudah menunggu di rumah. Banyak pertanyaan yang keluar dari mulut kecilnya. Aku jawab dengan banyak kebohongan.
Sejak kejadian itu suamiku makin romantis. Hubungan kami semakin baik. Sampai suatu ketika aku iseng melihat kontak yang ada di whatsap. Betapa terkejutnya aku saat tahu foto mesra mereka di sebuah profil wa yang kunamai geje. Badanku gemetar. Otak dan hatiku kembali penuh. Ya Allah.... Ternyata mereka selama ini masih berlanjut, dan aku kembali dibohongi. Betapa bodohnya aku. Aku yang sangat percaya pada suamiku yang pengkhianat.
Lanjut part selanjutnya. Ga tahan ingat kejadian ini. Mau melanjutkan nangis dulu.
Selengkapnya...
